Rabu, 08 Januari 2014

Kehidupan Etnik Bahari

by : @TriSulis_S


Indonesia memiliki suku bangsa yang sangat beragam, namun hanya beberapa suku bangsa yang mengembangkan budaya bahari yang cukup maju sehingga dapat melakukan pelayaran jarak jauh antara lain suku Tidung (Kalimantan Timur dan Sabah Timur) yang mampu berlayar hingga ke pesisir luar Kalimantan menggunakan perahu jenis jukung, lumbung, dan gubang. Suku lain yang mengembangkan  budaya bahari dengan memberi nama perahu menggunakan bahasa Sasahara agar tidak dapat diganggu oleh roh jahat yaitu Suku Sangihe dan Talaud. Dari sekian suku bangsa bahari yang mendiami Nusantara  ada yang masih bertahan hidup hingga saat ini, mereka akrab dengan kekuatan magis dan gaib. Serta mereka mahir dalam pengobatan karena mereka mampu beradaptasi dengan baik di lingkungan alam sekitarmya sehingga simbol budaya mereka dipengaruhi olehnya. Simbol budaya seringkali dipengaruhi oleh lingkungan alam sekitar yang merupakan identitas dan seringkali dijadikan sebuah simbol nama suku bangsa seperti suku Dukun di Kalimantan Utara, suku Talaud di sebelah utara Sulawesi di sekitar Pulau Talaud dan suku Orang Laut di Sumatra timur dan Selat Malaka yang merupakan pelaut handal.
Suku Orang Laut tersebar di perairan Nusantara antara lain suku Orang Bajau, suku Orang Ameng Sewang, suku Orang Sekak, suku Orang Banjar, suku Orang Bugis, suku Orang Tabati, suku Orang Ambon dan suku Orang Mbojo. Suku Orang Bajau mendiami wilayah perairan Nusantara sebelah timur ini menganggap bahwa hidup tidak akan bahagia bila tidak hidup di laut sehingga anak-anak mereka lebih dipentingkan untuk menangkap ikan daripada menyekolahkan. Suku Orang Ameng Sewang berada di Sumatera memiliki pola hidup yang nomaden. Suku Orang Sekak berada di sekitar Pulau Bangka, hampir seluruh hidup mereka berada di laut dan pemimpin mereka sebagian besar memiliki kekuatan magis. Suku Orang Banjar berada di Kalimantan Selatan yang masih bertahan hidup dengan merantau ke wilayah lain di Nusantara. Suku Orang Bugis terkenal sebagai masyarakat perantau yang dinamis dan andal serta memiliki semangat bahari yang tangguh yang dapat diketahui dari daya jelajah perahu phinisi mereka yang berlayar hingga ke mancanegara. Suku Orang Tabati tinggal di Pulau Irian yang memiliki rumah terbuat dari kayu dengan membagi ruangan serta memiliki pembagian kerja dimana laki-laki pergi ke laut dan wanita tinggal di rumah. Suku Orang Ambon berada di Pulau Maluku yang terkenal dengan ritual sebelum melaut dengan memanjatkan doa kepada Tuhan agar hasil tangkapan ikan berlimpah serta terdapat pengkavlingan wilayah tangkapan ikan. Suku Orang Mbojo mendiami wilayah Nusa Tenggara Timur yang memiliki tradisi berburu.
Suku Orang Laut dikenal sebagai orang yang pemalu dan cenderung menghindari konflik sehingga sifat agresif tidak ada dalam diri mereka. Namun, jika hak-hak mereka dilanggar maka akan mengadakan perlawanan yang terbukti pada zaman kerajaan Sriwijaya. Laut menjadi ‘kebun hidup’ bagi mereka sehingga diperlukan perahu dalam mencari hasil tangkapan di laut, perahu yang mereka buat beragam dengan nama perahu Pledang salah satunya. Ujung-ujung kayu yang digunakan pada perahu harus mengarah ke haluan agar rejeki mereka mengalir serta terdapat ritual dan doa saat akan menurunkan perahu ke laut. Mereka percaya bahwa setelah mantra dibacakan perahu sudah memiliki roh atau jiwa.

Daftar Pustaka :
Pramono, Djoko, 2005. Budaya Bahari. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama