Indonesia
memiliki suku bangsa yang sangat beragam, namun hanya beberapa suku bangsa yang
mengembangkan budaya bahari yang cukup maju sehingga dapat melakukan pelayaran
jarak jauh antara lain suku Tidung (Kalimantan Timur dan Sabah Timur) yang
mampu berlayar hingga ke pesisir luar Kalimantan menggunakan perahu jenis
jukung, lumbung, dan gubang. Suku lain yang mengembangkan budaya bahari dengan memberi nama perahu
menggunakan bahasa Sasahara agar tidak dapat diganggu oleh roh jahat yaitu Suku
Sangihe dan Talaud. Dari sekian suku bangsa bahari yang mendiami Nusantara ada yang masih bertahan hidup hingga saat
ini, mereka akrab dengan kekuatan magis dan gaib. Serta mereka mahir dalam pengobatan
karena mereka mampu beradaptasi dengan baik di lingkungan alam sekitarmya
sehingga simbol budaya mereka dipengaruhi olehnya. Simbol budaya seringkali
dipengaruhi oleh lingkungan alam sekitar yang merupakan identitas dan
seringkali dijadikan sebuah simbol nama suku bangsa seperti suku Dukun di
Kalimantan Utara, suku Talaud di sebelah utara Sulawesi di sekitar Pulau Talaud
dan suku Orang Laut di Sumatra timur dan Selat Malaka yang merupakan pelaut
handal.
Suku
Orang Laut tersebar di perairan Nusantara antara lain suku Orang Bajau, suku
Orang Ameng Sewang, suku Orang Sekak, suku Orang Banjar, suku Orang Bugis, suku
Orang Tabati, suku Orang Ambon dan suku Orang Mbojo. Suku Orang Bajau mendiami
wilayah perairan Nusantara sebelah timur ini menganggap bahwa hidup tidak akan
bahagia bila tidak hidup di laut sehingga anak-anak mereka lebih dipentingkan
untuk menangkap ikan daripada menyekolahkan. Suku Orang Ameng Sewang berada di
Sumatera memiliki pola hidup yang nomaden. Suku Orang Sekak berada di sekitar
Pulau Bangka, hampir seluruh hidup mereka berada di laut dan pemimpin mereka
sebagian besar memiliki kekuatan magis. Suku Orang Banjar berada di Kalimantan
Selatan yang masih bertahan hidup dengan merantau ke wilayah lain di Nusantara.
Suku Orang Bugis terkenal sebagai masyarakat perantau yang dinamis dan andal
serta memiliki semangat bahari yang tangguh yang dapat diketahui dari daya
jelajah perahu phinisi mereka yang berlayar hingga ke mancanegara. Suku Orang
Tabati tinggal di Pulau Irian yang memiliki rumah terbuat dari kayu dengan
membagi ruangan serta memiliki pembagian kerja dimana laki-laki pergi ke laut
dan wanita tinggal di rumah. Suku Orang Ambon berada di Pulau Maluku yang
terkenal dengan ritual sebelum melaut dengan memanjatkan doa kepada Tuhan agar
hasil tangkapan ikan berlimpah serta terdapat pengkavlingan wilayah tangkapan
ikan. Suku Orang Mbojo mendiami wilayah Nusa Tenggara Timur yang memiliki
tradisi berburu.
Suku
Orang Laut dikenal sebagai orang yang pemalu dan cenderung menghindari konflik
sehingga sifat agresif tidak ada dalam diri mereka. Namun, jika hak-hak mereka
dilanggar maka akan mengadakan perlawanan yang terbukti pada zaman kerajaan
Sriwijaya. Laut menjadi ‘kebun hidup’ bagi mereka sehingga diperlukan perahu
dalam mencari hasil tangkapan di laut, perahu yang mereka buat beragam dengan
nama perahu Pledang salah satunya. Ujung-ujung kayu yang digunakan pada perahu
harus mengarah ke haluan agar rejeki mereka mengalir serta terdapat ritual dan
doa saat akan menurunkan perahu ke laut. Mereka percaya bahwa setelah mantra
dibacakan perahu sudah memiliki roh atau jiwa.
Daftar Pustaka :
Pramono,
Djoko, 2005. Budaya Bahari. Jakarta :
PT Gramedia Pustaka Utama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar